Sabtu, 16 Maret 2013

Oh no,,, jerawatku :(

   
    Sore ini pekerjaan di rumah sakit dapat terselesaikan lebih awal. Sambil menunggu jam pulang, saya menghabiskan waktu untuk melihat kembali daftar yang telah dibuat. Mencoba mengoreksi yang terlewatkan oleh mata ^^. Ditengah asiknya beradu mata dengan laptop (maksa banget neh istilah hohoho), tiba-tiba handphone saya berbunyi. Seorang sahabat lama saya semasa SMA dulu menelpon, sebut saja namanya Bunga (bukan mana sebenarnya). Ini sinopsisnya seperti kasus kriminal ya hehehe. Kembali ke cerita saya. Sahabat saya ini jarang sekali menghubungi saya. Sehingga teleponnya kali ini membuat saya berpikir apa ada sesuatu yang sedang terjadi. Wajar saya berpikir seperti itu, karena baru tadi pagi saya mengirim message selamat ulang tahun untuknya. Pikir saya cukup membalas message, tidak perlu menelpon kecuali ada emergency. Dengan cepat saya meraih handphone saya. Suara di seberang telpon yang terdengar tampak panik. Setelah berbincang sebentar, baru saya tahu, hal yang membuat dia panik adalah JERAWAT.  Ya, jerawat memang menjadi masalah yang emergency bagi sebagian orang khususnya kaum hawa. Jadi apa itu jerawat dan mengapa begitu bisa membuat rata-rata orang dibuat panik olehnya, khususnya (again) kaum hawa ?? Yuk disimak penjelasan saya dibawah ini...
   Jerawat (acne) merupakan penyakit inflamasi kronis pada kelenjar sebasea. Nah apaan tu kelenjar Sebasea? Kelenjar sebasea adalah kelenjar yang ada di daerah wajah, leher, dada, punggung serta bahu. Biasanya jerawat yang terjadi disertai dengan peningkatan sekresi sebum di daerah-daerah yang disebutkan diatas. Ada 2 tipe jerawat yakni: inflamasi yang terjadi disertai sumbatan folikel rambut oleh sebum sehingga bakteri tumbuh serta menimbulkan ruptur (runtuhnya) folikel tersebut dan non inflamasi, dimana keadaan ini terjadi tanpa ruptur folikel walaupun dilatasi (pelebaran) folikel tetap ada.
    Penyebab terjadinya jerawat ini bersifat multifaktor seperti: genetik, stimulasi hormon androgen (hormon androgen menstimulasi kelenjar sebasea dan produksi sebum yang diekskresi ke dalam folikel rambut yang melebar dan mengandung bakteri), obat-obat tertentu (contohnya: kortikosteroid, fenitoin (dilantin), isoniazid), trauma karena gesekan pakaian yang terlalu ketat, kosmetik, stres emosional, iklim tropis dan pemakaian kontrasepsi (banyak wanita mengalami jerawat yang bertambah banyak setelah menggunakan pil KB).
Jerawat dapat terlihat sebagai:
- Komedo yang tertutup atau whitehead (yang tidak menonjol keluar dari folikel dan ditutupi oleh epidermis).
- Komedo yang terbuka atau blackhead (yang menonjol keluar dari folikel dan tidak ditutupi oleh epidermis,
  melanin atau pigmen pada folikel yang menyebabkan warna hitam).
blackhead
Komplikasi yang dapat terjadi yakni terjadi:
- acne kongobata
- pembentukan parut (kondisi jerawat parah)
- abses atau infeksi sekunder oleh bakter
- kehilangan kepercayaan diri

Tujuan terapi:
- menghambat pembentukan jerawat baru
- mencegah meluasnya jerawat
- mengobati inflamasi
- menghindari faktor pemicu terjadinya jerawat

Ada beberapa pilihan terapi yang digunakan
Obat-obatan first line untuk dioleskan:
1. Retinoid Topikal (dioleskan)
    - Tretionin yang merupakan analog vitamin A, sebagai agen komedolitik. Digunakan untuk jerawat ringan dan sedang.
    - Adapalence merupakan generasi ketiga retinoid, yang efektif terhadap reseptor retonoic acid (RAR) pada epidermis dan bersifat komedolitik, keratolitik dan antiinflamasi. Diberikan pada jerawat ringan dan sedang.
    - Tazarotene, generasi terbaru dari retinoid. Kerjanya mirip dengan adapalence.

2. Agen Antibakteri
  - Benzol peroksida (BPO), merupakan agen non antibiotik yang bersifat bakteriostatik dan bakterisida untuk propionibacterium.acne. Efektifitas BPO meningkat dengan kombinasi bersama retinoid topikal dan antibiotik topikal.
   - Azelaic acid sebagai antibakteri, antiinflamasi dan komedolitik. Digunakan untuk terapi ringan dan sedang acne vulgaris yang tidak toleransi terhadap BPO.
   - Antibiotik Topikal
a. Eritromisin topikal sebagai agen antiinflamasi dan dapat mengurangi jumlah asam lemak bebas pada sebum
b. Klindamisin topikal menghambat P.acnes dan sebagai agen komedolitik serta antiinflamasi. Kombinasi dengan BPO dapat meningkatkan efikasi.

Obat-obatan second line untuk dioleskan: 
Motretinid, Retinaldehyd, Retinoyl Glucuronide, Isotretinoin, Agen keratolitik (asam salisilat, sulfur, resorcinol), Kortikostreroid topikal, Chemical peeling (α-hydroxy acid/glycolic acid,), asam salisilat, asam trikoloasetat, Dapsone topical.

Obat-obatan yang diminum:
First line therapy-severe nodular/ kongobata
Isotretionin  yakni Retinoid oral, paling efektif sebagai agen sebo suppressive yang berefek pada semua penyebab yang menyangkut inflamasi, termasuk menginduksi atropi kelenjar sebasea dengan mengurangi produksi sebum dan mengubah komposisi sebum, menghambat pertumbuhan P.acnes dalam folikel, menghambat inflamasi dan mengubah keratinisasi dalam folikel.  Selama penggunaan isotretionin, pasien sebaiknya menghindari konsumsi vitamin A yang dapat memperberat efek samping obat ini.

First line therapy-moderate popular pustular/nodular
a.  Antibiotik Makrolida seperti Eritromisin dan tetrasiklin memiliki efikasi yang sama, tetapi eritromisin   menginduksiresistensi bakteri lebih tinggi disbanding tetrasiklin. Perkembangan resistensi terhadap P.acnes dapat dikurangi dengan kombinasi terapi menggunakan BPO. 
Azitromisin merupakan azalide antibiotik turunan eritromisin, aman dan efektif sebagai alternatif terapi untuk moderate-severe inflamasi acne. sedangkan Klindamisin sangat efektif untuk terapi acne, namun jarang digunakan untuk terapi jangka panjang karena dapat menginduksi pseudomembranous colitis.

b.  Antibiotik Tetrasiklin. 
- Tetrasiklin efektif menghambat P.acnes, mengurangi jumlah keratin dalam folikel sebasea dan memiliki efek antiinflamasiTetrasiklin sebaiknya tidak dikombinasikan dengan retinoid sistemik karena meningkatkan resiko hipertensi intrakranial. Tetrasiklin digunakan untuk terapi moderate-severe acne vulgaris. Tetrasiklin diminum 2 jam sebelum makan atau 4 jam setelah makan dan hindari penggunaan tetrasiklin bersama susu, maupun antasid.
- Doksisiklin umum juga digunakan untuk moderate-severe acne vulgaris, lebih efektif dan resistensi lebih rendah dibandingkan tetrasiklin.
-     -  Minosiklin juga umum diresepkan sebagai antibiotik oral pada terapi moderate-severe acne vulgaris, lebih efektif dibandingkan tetrasiklin. Namun minosiklin lebih banyak efek samping yang dilaporkan

Second LineCotrimoksazole, digunakan untuk terapi pasien yang tidak dapat memtoleransi pemberian tetrasiklin dan  eritromisin atau kasus resistensi terhadap antibiotik tersebut.

Terapi Hormonal: hanya diberikan pada pasien wanita yakni preparata antiandorgen seperti pil KB, seperti norgestimat/etinil estradiol (ortho Tri-Cyclen) bekerja menurunkan kadar testosterone bebas dengan meningkatkan sex hormone binding globulin menyebabkan testosterone secara biologi tidak aktif , sehingga menurunkan produksi sebum atau spironolakton (menghambat produksi sebum), Drospirenone (turunan spironolakton).

Selain dengan menggunakan obat-obatan yang dioles dan diminum, penanganan lain yang banyak dilakukan adalah: 
1) tindakan membersihkan kulit dengan spons abrasif untuk melepaskan komedo yang superfisial. 
2) pembedahan untuk mengeluarkan komedo dan membuka pustula serta mengalirkan isinya seperti yang biasa dilakukan di klinik kecantikan. 
3) dermabrasi (untuk pembentukan parut yang berat pada jerawat) dengan sikat metal berkecepatan tinggi guna membuat kulit menjadi licin (yang hanya dilakukan oleh dokter spesialis kulit atau dokter bedah plastik terlatih). 
4) penyuntikan kolagen bovinum ke dalam dermis di bawah daerah sikatrik untuk mengisi daerah yang terkena dan meratakan kulit (tidak direkomendasikan oleh semua spesialis kulit).

Perhatian: untuk pasien yang mendapatkan Tretionin, agar digunakan 30 menit setelah membasuh wajah atau satu jam sebelum pasien hendak tidur. Jangan menggunakan disekitar mulut dan mata. Setelah terapi kulit akan nampak berwarna merah muda dan kering. Apabila terlihat merah atau mulai mengelupas, kadar obat tersebut harus dikurangi atau pengolesannya harus lebih jarang. Hindari cahaya matahari atau menggunakan preparat tabir surya (sun screen) bila terkena cahaya matahari. Apabila menggunakan tretionin dan benzoil peroksida maka hindari iritasi kulit dengan menggunakan preparat yang satu pada pagi hari dan yang lain pada malam hari.

Untuk menjaga munculnya faktor-faktor yang memicu jerawat, pasien sebaiknya menjaga kebersihan kulit dengan menggunakan pembersih yang lembut dan tidak membuat kulit kering, menggunakan kosmetik dengan bahan dasar air dan bukan minyak, mengurangi stres, menghindari paparan sinar matahari secara langsung, pola tidur malam yang baik dan menghindari makan makanan seperti kacang-kacangan, telur, cokelat, gorengan. Kesembuhan jerawat membutuhkan waktu yang relatif lama, bahkan ada yang sampai bertahun-tahun sebelum terjadi resolusi total. Karena itu perawatan lokal kulit yang berkesinambungan perlu dilakukan setelah jerawat bersih. Dan jangan lupa untuk menghindari kebiasaan memijat jerawat karena akan menyebabkan iritasi pada kulit disekitarnya dan akan menyebabkan terbukanya kulit disekitar jerawat yang menyebabkan semakin mudah bakteri dari luar untuk masuk.


Untuk keterangan selanjutnya tentang kulit wajah, jerawat dan terapinya dan efek samping yang ditimbulkan obat-obatan yang digunakan dan penggunaan obat yang benar, silahkan teman-teman menghubungi dokter spesialis kulit dan Apoteker yang ada di tempat teman-teman berdomisili ^_^


2 komentar:

  1. informasinya sangat bermanfaat ibu apoteker... ^_^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih ibu Amelia Rumi S.Farm., M.Sc., Apt. ^^

      Hapus