Berkali-kali saya berdebat dengan teman-teman saya tentang bagaimana seharusnya sikap kita terhadap pemimpin. Setiap jawaban yang masing-masing kami lontarkan tentu merupakan kebenaran menurut kami masing-masing. Namun inilah kebenaran versi saya, yang saya pegang dan saya yakini...
Raja Daud adalah salah satu tokoh favorit saya selain Abraham, Ayub dan Daniel yang banyak menginspirasi saya. Daud seorang anak muda yang rendah hati dan taat pada Tuhan. Suatu hari Daud dinubuatkan dan diurapi oleh nabi Samuel untuk menjadi raja menggantikan raja yang bertahta pada saat itu yakni raja Saul (Baca 1 Samuel 16:1-13). Walaupun Daud telah dinubuatkan kelak akan menjadi raja menggantikan Saul, namun sikap Daud tetap menghormati raja Saul sebagai pemimpin pada saat itu. Sikap Daud yang sangat menghormati raja Saul ternyata berbalik dengan keadaan hati raja Saul sendiri. Raja Saul begitu membenci Daud dan ingin membinasakannya. Raja Saulpun berusaha membunuh Saul lewat berbagai cara, termasuk membunuh Daud ketika sedang bermain kecapi di dalam istana. Daud berkali-kali dikejar oleh raja Saul untuk dibunuh. Walaupun berkali-kali dikejar raja Saul dan hendak dibunuh, ternyata yang sebaliknya terjadi pada Daud. Daud dalam keadaan terjepit dalam pengejaran Saul, berkali-kali mendapat kesempatan untuk membinasakan raja Saul (Baca: 1 samuel 24, 26). Namun sekalipun kesempatan itu datang, hal itu tidak dilakukannya. Daud memilih tetap menghormati raja Saul (Baca: 1 Samuel 26:9-11) sebagai pemimpin yang ditetapkan Tuhan sekalipun Saul telah banyak melakukan kesalahan dan Tuhan telah undur daripada Saul, Daud tetap menghormati raja Saul. Betapa Daud memiliki sikap hati dan perilaku yang sangat menghormati pemimpin yang Tuhan izinkan berkuasa (otoritas) atas hidupnya.
Sementara itu hal yang sama datang dari pengajaran nabi Yeremia. Dalam kisah pembuangan ke Babel, nabi Yeremia mengirimkan sebuah surat kepada seluruh rakyat yang diangkut ke dalam pembuangan oleh Nebukadnezar dari Yerusalem ke Babel. Salah satu isi dalam surat tersebut adalah "Usahakanlah kesejahteraan kota kemana kamu Aku buang, dan berdoalah untuk kota itu kepada Tuhan, sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu" (Yeremia 29:7). Perintah ini jelas menunjukan adanya perubahan pemimpin yang Tuhan tetapkan kepada bangsa ini, namun dalam keadaan tersulit sekalipun, Tuhan mengingatkan untuk tetap mendoakan kota tersebut. Saya yakin pemimpin yang memimpin kota tersebut pada waktu itu termasuk dalam pokok doa mereka. Karena tentu saja segala bentuk keputusan yang diambil pemimpin menentukan kesejahteraan masyarakatnya.
Sedangkan dalam penutupan bagian surat rasul Paulus kepada jemaat di Ibrani, rasul Paulus mengatakan "Taatilah pemimpin-pemimpinmu dan tunduklah kepada mereka, sebab mereka berjaga-jaga atas jiwamu, sebagai orang yang harus bertanggung jawab atasnya" (Ibrani 13:17a). Jelas sekali bahwa rasul Paulus sedang mengajarkan kepada jemaat di Ibrani dan kita pada saat ini tentang artinya ketaatan dan penghormatan kepada pemimpin kita. Bahkan jika membaca kelanjutan surat tersebut maka akan didapati bahwa dengan sikap yang kita tunjukan disini akan ikut meringankan tugas dan tanggung jawab mereka dalam memimpin. Sehingga hasil yang diperoleh lebih maksimal dan membawa keuntungan. Keuntungan bagi siapa? Keuntungan bagi semua kita yang berada dibawah pimpinan pemimpin kita (Ibrani 13:17b).
Dan pengajaran yang paling sempurna datang dari Tuhan Yesus dalam Matius 22: 15-22 yang menegaskan kepada kita arti menghormati dan taat pada pemimpin yang Tuhan tempatkan diatas kita. Dalam kisah tersebut Tuhan Yesus mengatakan "berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah". Apa saja yang wajib kita berikan kepada kaisar? Apakah kaisar harus dihormati? Ya. Apakah Kaisar perlu didoakan? Ya. Namun kenyataannya kita kadang tidak memiliki rasa hormat dan lupa mendoakan pemimpin-pemimpin kita. Hari ini, marilah kita kembali kepada kehendak Tuhan. Tuhan mengingatkan kita untuk mendoakan dan menghormati setiap pemimpin kita. Siapa pemimpin kita? Suami, orangtua, pemimpin rohani, bos di kantor, kepala sekolah, dosen, guru, pak RT, pak RW, bahkan pemimpin kita di negara ini bapak Presiden. Setiap pemimpin memiliki kelemahan, tapi kelemahan yang mereka miliki bukan alasan kita untuk hilang rasa hormat kita kepada mereka. Mungkin mereka pernah ataupun sering melakukan beberapa hal yang keliru ataupun salah, kita dapat menyampaikan kritik maupun saran dengan penuh rasa hormat seperti seorang anak kepada ayahnya. Seseorang pernah berkata: "kita sama-sama warga negara, kenapa saya di caci maki, dia ga boleh di caci maki? kenapa saya dihina dia ga boleh dihina?" Persoalannya bukan disitu, tapi terletak pada posisi beliau-beliau yang diangkat dan dipercaya Tuhan sebagai pemimpin atas kita. Ingat tidak ada pemimpin di dunia ini yang dapat memimpin kita jika Tuhan tidak memilih mereka. Raja Saul dalam keterbatasannya dipilih Tuhan untuk menjadi pemimpin. Sikap hati kita menaati pemimpin yang ada di dunia ini sebenarnya merupakan gambaran sikap hati kita kepada Tuhan sebagai pemimpin sejati kita. Mari kita bersama-sama belajar mendoakan dan menghormati pemimpin kita.
Ingatlah setiap pemimpin memiliki ciri khas kepemimpinan yang berbeda. Setiap keputusan yang mereka ambil tidak selalu bisa memuaskan semua pihak namun yakinlah segala keputusan yang mereka ambil telah melewati berbagai pertimbangan yang terbaik dan jika keputusan-keputusan itu terjadi pastilah dengan seizin Tuhan.
Ingatlah setiap pemimpin memiliki ciri khas kepemimpinan yang berbeda. Setiap keputusan yang mereka ambil tidak selalu bisa memuaskan semua pihak namun yakinlah segala keputusan yang mereka ambil telah melewati berbagai pertimbangan yang terbaik dan jika keputusan-keputusan itu terjadi pastilah dengan seizin Tuhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar