Sabtu, 14 Maret 2015

OTC

Siang ini di sabtu yang ceria (iyalah libur sabtu itu ceria dong kayak mentari siang ini :p) setelah sekian lama tidak menulis di blog ini (sibuk banget saya :p), akhirnya ada juga bahan buat nulis-nulis lagi. Bahan ini timbul begitu saja setelah saya mendapatkan telepon dari seorang teman di masa kuliah dulu. Awalnya kita ngomong ke sana ke mari gitu deh dan karena kita teman baik berakhirlah dengan curhat ke sana ke mari selama sejam lebih dan bersyukur banget karena curhatan siang ini, saya jadi mengingat pelajaran berharga di waktu lalu yang tidak pernah saya seriusi. Apakah itu? 

HUBUNGAN...
Kadang kita harus jujur bahwa kita lebih mementingkan keilmuan yang tinggi daripada sebuah hubungan. Kadang juga kita lebih menghargai wawasan yang luas dibandingkan pengenalan secara pribadi. Padahal hubungan jauh lebih penting dari keilmuan yang tinggi dan pengenalan secara pribadi jauh lebih bermakna dibandingkan wawasan yang luas.
Harus diakui bahwa di dalam dunia kerja keilmuan dan wawasan yang tinggi saja tidak cukup. Harus ada keseimbangan dengan hubungan yang harmonis antara satu dengan yang lain. 

Ajaran seorang dosen sebut saja bapak Z sangat membekas di dalam ingatan dan hati saya. Padahal waktu kuliah dulu boro-boro saya paham, dulu ceramah beliau hanya masuk dari telinga kanan dan keluar dari telinga kiri. saya termasuk mahasiswa beliau yang agak malas mendengarkan ceramah beliau ini karena beliau selalu menyelipkan nasehat yang sama tiap kali beliau masuk ke kelas kami. Yang saya ingat waktu itu "tidak boleh telat masuk sedetikpun" ketika jadwal kuliah dengan beliau. Namun hari ini, ga disangka ternyata ada satu nasehat beliau yang biasa selalu beliau selipkan di tiap perkuliahannya tersimpan dengan baik dalam memori saya (syukurlah ga keluar telinga kiri)


Pasti banyak diantara kita yang pernah mendengar ataupun memahami dengan baik istilah OTC ini. Tapi bukan OTC (over the counter) yang akan saya bahas disini, melainkan OTC (Open communication, Trust and Caring).

Yup hari ini saya akan membagikan ilmu OTC versi bapak Z. Bapak Z selalu mengajarkan bahwa ilmu yang tinggi tetap akan kalah ketika kita tidak menerapkan OTC dalam hubungan pekerjaan. Apakah itu?

1. Open Communication


Bapak Z selalu mengajarkan bahwa rumus sukses yang pertama adalah membuka komunikasi. Dan kunci untuk membuka komunikasi adalah Jadilah orang yang pertama menyapa. Sekedar "selamat pagi" "halo, apa kabar?" yang umumnya kita gunakan ternyata akan memberi dampak yang besar di kemudian hari. Karena dari sering menyapa, orang akan mengingat kepada kita. Mungkin awalnya mereka hanya mengingat "oh mbak itu yang sering menyapa saya ternyata kerja di bagian ini" atau "oh mbak itu, orangnya ramah suka menyapa saya" atau "mbak yang biasa suka menyapa kita itu, namanya siapa ya?". 

Jadi dari menyapa sebenarnya kita sedang mengirim pesan kepada orang lain untuk membuka komunikasi dengan kita. Orang lain akan mengingat kita dan jika kebetulan kita bekerja di bagian yang selalu berhubungan dengan dia, besar persentasenya kita yang akan dicarinya. Kenapa? iya, karena kita mengirim kesan yang tak terlupakan bagi dia (agak lebay ya :p). Karena itu sapa/salam merupakan kunci awal membangun komunikasi. Jadi mulai sekarang yuk kita saling sapa siapa aja yang kita temui di kantor atau di komunitas kita. Karena kita ga pernah tau kan apa yang akan terjadi di hari depan kita, siapa tau orang yang sering kita sapa sekarang akan memberikan kontribusi besar di masa depan kita :)

2. Trust

Jika kita udah berhasil mengirimkan pesan pengingat yang baik dan komunikasi antara kita dan dia udah terbuka, mulailah untuk menumbuhkan yang namanya kepercayaan. Kenapa? karena dasar dari langgengnya suatu hubungan ya kepercayaan itu. Kalo kita udah sering dipercayakan proyek A, B, C sama orang tersebut maka jangan pernah terlintas (terlintas aja ga boleh!!!) untuk menduakan kepercayaan tersebut. Kenapa? karena ga ada tempat lagi untuk orang yang mendua hatinya!!!

Tidak hanya dalam dunia percintaan, dunia pekerjaanpun kita harus all out atau tidak boleh setengah hati dalam mengerjakan sesuatu tapi kerjakan dengan sepenuh hati :* . Hilangkan deh pemikiran "kerja asal-asal aja deh" atau "gue yang kerja capek belum tentu gue yang menikmati". Jadi idealnya kita dan partner kerja kita HARUS sama-sama memberikan kontribusi 100% dalam hubungan kerja tersebut. 

3. Caring

Setelah kepercayaan itu tumbuh, masalah yang tidak kalah penting adalah memelihara hubungan tersebut. Biasanya awal keruntuhan jalinan komunikasi yang baik disebabkan masing-masing pihak mau menang sendiri. Emang sih kita manusia cenderung pengennya diterima ide kita daripada menerima. Celakanya kita sering ngotot yang berakhir dengan diem-dieman. Hayo ngaku yang pernah? Saya pernah!! Rasanya ga enak bangetlah. Ingin rasanya waktu berputar kembali (eciiiiee) dan saya akan memilih mengalah aja hihihi. Karena itu hubungan yang telah dibangun harus dipelihara. Boleh dong ya kalo ide kita pengen diterima, boleh asalkan komunikasi kita ke dianya gimana biar sama-sama nyaman dan pihak teman kita ga merasa kecewa. 

Saya pernah membaca sebuah buku yang mengatakan "jika ingin ide anda diterima, sentuhlah dengan kata-kata yang tidak menjatuhkan pihak lawan" emang sih bukan lawan cuma beda ide aja. Jadi tugas kita ni kalo mau ide kita diterima, cari cara agar teman kita dengan sukarela menerima ide kita. Tapi ingat kitapun sebaliknya, kalo ide teman kita lebih oke dan lebih menguntungkan untuk dilaksanakan, kitapun harus dengan sukarela menerimanya (cakep deh kalo hubungannya kayak gitu). Udah tau dong ya memelihara itu lebih susah dari membangun. Karena itu pertahankan dengan sungguh-sungguh hubungan yang telah ada :)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar