Minggu, 16 Juni 2013

Miskin Tapi Kaya


Ada seorang gadis lajang yang pindah ke sebuah rumah. Gadis lajang ini memiliki tetangga baru yang sangat miskin. Keluarga miskin ini adalah seorang janda dan dua orang anaknya. Suatu malam di daerah tersebut terjadi giliran mati lampu. Gadis lajang inipun mulai mencari lilin yang terletak di dapur dengan bantuan cahaya handphone. Saat gadis ini sibuk mencari lilin di dapur, terdengar ketukan pada pintu rumahnya.
Setelah membuka pintu, ternyata yang mengetuk pintunya adalah anak dari janda miskin disebelah rumahnya. 


Dengan mimik wajah panik, anak ini bertanya kepada si gadis: "kakak, apakah kakak punya lilin?"

Gadis ini berpikir, ternyata tetanggaku ini sangat miskin sampai lilin saja mereka tidak punya. Saat si gadis hendak menjawab, tiba-tiba muncul dalam pikirannya, jangan pinjamkan apapun kepada orang miskin ini, nanti mereka menjadi terbiasa untuk meminta-minta. Maka si gadis inipun menjawab dengan setengah berteriak: "tidak ada!!" lalu ia bergegas hendak menutup pintu. 

Tiba-tiba anak janda miskin ini berkata "saya sudah menduga kakak tidak mempunyai lilin".

Anak inipun mengeluarkan dua batang lilin dari sakunya dan berkata: "mama dan saya khawatir pada kakak karena kakak tinggal sendirian, apalagi kakak sampai tidak mempunyai lilin. Karena itu saya membawakan dua batang lilin ini untuk kakak".


Saat mendengar hal tersebut, gadis ini merasa bersalah. Hati gadis ini tersentuh dan dengan berderai air mata, ia memeluk anak kecil ini erat-erat.

Tetangga yang miskin ini sekalipun miskin secara harta namun mereka memiliki hati yang kaya. Mereka kaya dalam memberi, mereka kaya dalam berbuat kebajikan, mereka kaya dalam perhatian, mereka kaya dalam semangat dan sukacita. Disisi lain gadis lajang ini meskipun ia berkecukupan namun sebenarnya gadis lajang ini miskin. Gadis ini hatinya miskin, terbukti ia mengalami kesulitan untuk memberi kepada orang lain. Gadis ini miskin dalam kebaikan dan miskin dalam berpikiran positif. 

Terkadang kita berada dalam posisi seperti gadis ini. Kita berkecukupan bahkan KELIHATANNYA kaya namun sebenarnya kita miskin. Miskin dalam perbuatan baik, miskin dalam berpikiran positif dan miskin dalam kasih.

Kekayaan yang sesungguhnya yang harus kita miliki adalah kekayaan hati. Ketika hati kita kaya, kita lebih mudah untuk mengucap syukur. Ketika hati kita kaya, kita lebih mudah bersukacita dan ketika hati kita kaya kita lebih mudah berpikiran positif dan mengasihi sesama. Memiliki kekayaan lahiriah itu baik. Tetapi kekayaan hati jauh lebih penting dari semuanya itu. Hari ini marilah kita mulai melihat sekeliling kita dan mulai mengambil tindakan SIAPA YANG PERLU AKU BERKATI HARI INI bukan siapa yang harus memberkatiku hari ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar